Tuesday, February 26, 2019

Contoh Surat Pernyataan Tidak Ada Pungutan di Sekolah


SURAT PERNYATAAN
Nomor : 421.2/ 042-010/ V/ 2014


Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama              : SARIPUDIN, S.Pd.I.MM
NIP                  : 196206101984121002
Pangkat/Gol   : Pembina, IV/a
Jabatan           : Kepala Sekolah
Unit Kerja       : SDN Kalipasir

Menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa sekolah dalam menyelenggararakan proses kegiatan belajar mengajar tidak memungut biaya operasional sekolah dan biaya lain- lain kepada siswa/orang tua/wali siswa.
Demikian untuk diketahui.





Leuwisadeng, 20 Mei 2014
Kepala Sekolah
SDN Kalipasir





SARIPUDIN, S.Pd.I.MM
NIP. 196206101984121002

Contoh Berita Acara Publikasi Karya Ilmiah Yayat Nurhayati di SDN Kalipasir



BERITA ACARA PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Pada hari ini  Sabtu  tanggal  Sepuluh Bulan September Tahun Dua Ribu Enam Belas pukul 08.00 WIB, di SDN KALIPASIR, telah diselenggarakan acara Seminar Karya Ilmiah.

Dengan Judul    :
“Penggunaan Media Kartu Bilangan Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Nilai Tempat Dalam Pelajaran Matematika “ ( Studi Penelitian Tindakan Kelas di Kelas II SD Negeri Kalipasir Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor)”

Disusun Oleh  :
Nama                                        : Yayat Nurhayati, S.Pd.SD
NIP                                           : 196804061992122001
NUPTK                                    : 4039744647300053
TTL                                          : Bogor, 07/07/1966
Jabatan                                     : Guru
Pangkat/Gol                             : III/d
Instansi                                     : SDN Kalipasir
Pada acara seminar tersebut
Sebagai penyaji                       : Yayat Nurhayati
Sebagai Moderator                  : Najib, S.Pd.
Susunan Acara Seminar          : (a) Pembukaan (b) Sambutan Kepala Sekolah dan / atau Pengawas Sekolah
 (c)Pemaparan singkat laporan hasil penelitian oleh penyaji/penulis laporan,(d) Tangapan, pertanyaan, kritik/saran,masukan dari peserta seminar dan tanggapan dari penyaji,(e) Penutup.
Jumlah Peserta yang hadir      : 20 Orang (daftar hadir terlampir)

Adapun Notulen Jalanya Acara Seminar, Printout Bahan Tayang Paparan Penyaji serta Foto Kegiatan Seminar sebagaimana terlampir dalam berita acara ini., untuk dapat dipergunakan sebagaimanamestinya
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya. Untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.




Contoh Jurnal Untuk Kenaikan Pangkat Adah Salsiah, S.Pd.MM



PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH
DI KELAS II A SEKOLAH DASAR NEGERI KALIPASIR KECAMATAN LEUWISADENG  KABUPATEN BOGOR SEMESTER GANJIL
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

OLEH
ADAH SALSIAH, S.Pd.MM


ABSTRAK
Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match pada siswa kelas II A Sekolah Dasar Negeri Kalipasir Kecamatan Leuwisadeng kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti, observer, dan subjek yang diteliti. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bilangan pada siswa kelas II A melalui model kooperatif Make A Match. Subjek peneliti adalah siswa kelas II A Sekolah Dasar Negeri Kalipasir yang terdiri dari 25 orang siswa dengan komposisi 14 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ketuntasan hasil belajar pada siklus I yaitu sebesar 68% dengan nilai rata-rata 70. Sedangkan siklus II memperoleh nilai ketuntasan hasil belajar siswa yaitu 96% dengan nilai rata-rata 81, dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 28%. Begitu pula dengan pelaksanaan pembelajaran siklus I memperoleh nilai rata-rata sebesar 77,49, siklus II memperoleh nilai rata-rata 82,85. Sedangkan untuk hasil observasi siswa menunjukkan adanya peningkatan percaya diri, kerjasama, dan keberanian siswa dengan memperoleh nilai rata-rata 74,26 pada siklus I, pada siklus II memperoleh nilai rata-rata sebesar 81,60 terjadi peningkatan sebesar 7,34 dari siklus I ke siklus II. Hasil penelitian bersimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Make A Match Pada Materi bilangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas  II A di Sekolah Dasar Negeri Kalipasir Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor. Selani itu model pembelajaran ini dapat meningkatkan percaya diri, kerjasama dan keberanian siswa dalam proses pembelajaran.


Kata Kunci : Pembelajaran Matematika, Model Pembelajaran, Hasil Belajar




PENDAHULUAN
Keberhasilan dalam suatu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, baik bagi guru, orang tua, masyarakat, serta siswa itu sendiri. Namun sebagai orang tua siswa di sekolah gurulah yang sangat berperan dalam menentukan keberhasilan siswanya. Selain guru juga ada beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi hasil belajar, diantaranya faktor internal yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada diluar diri siswa seperti lingkungan sendiri, akan tetapi keberhasilan di sekolah itu pun tergantung dari kemampuan-kemampuan guru untuk dapat memperbaiki kualitas pembelajaran bagi siswa. Sehingga siswa menjadi lebih aktif dan berhasil belajarnya meningkat dari nilai KKM  yang sudah ditentukan oleh setiap satuan pendidikan.
Kenyataan yang ditemukan di sekolah, siswa kurang memahami materi yang diajarkan. Rendahnya hasil belajar dalam belajar matematika, karena beranggapan bahwa pelajaran matematika itu sangat sulit dan menakutkan sehingga timbul rasa malas serta keaktifan siswa pun jauh yang diharapkan. Pada umumnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih bersifat kurang bervariasi, monoton, dengan metode ceramah yang seadanya yang menekankan pemberian tugas. Dimana guru hanya memberikan informasi dan siswa menjadi pendengar setia. Kegiatan semacam ini dapat membosankan dan kurang menarik bagi siswa, oleh karena itulah dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini belum berhasil dan sesuai dengan yang diharapkan.


KAJIAN TEORI
Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match.
Model pembembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif sehingga merangsang siswa lebih aktif dalam belajajar.
Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (studend oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini dapat dipergunkakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.
Sistem pembalajaran cooperative learning siswa bekerja sama dengan siswa lain. Hal ini dijelaskan oleh dalam Isjoni (2011:16) menyebut cooperative learning dangan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang berstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-6 orang saja.
Model pembelajaran kooperatif siswa belajar dengan cara berkelompok yang bersifat heterogen. Hal ini diperkuat oleh Rusman (2012:202) mengemukakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Cooperative learning yaitu strategi belajar dengan kelompok-kelompok kecil yang kemampuannya berbeda setiap siswa harus saling bekerja sama untuk memahami materi. Hal ini dijelaskan oleh Isjoni (2011:11) menjelaskan cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Hasil Pembelajaran
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan siswa dipengaruhi oleh kulitas pengajaran dan faktor lain dari siswa itu sendiri.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap siswa mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
Hasil belajar diperoleh dari adanya kegiatan atau aktivitas yang mengakibatkan perubahan. Hal ini didukung oleh teori dari Purwanto (2013:44-45) hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksinya adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar.

Mata Pelajaran Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada suatu jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Hasil belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan kejenjang berikutnya. Karena dengan belajar matematika, kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu.
Matematika adalah salah satu perkembangan ilmu pengetahuan dan mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dikemukakan oleh Sundayana (2013:2) menjelaskan bahwa matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Matematika memiliki tingkat kesulitan tinggi namun harus memperlajarinya karena sebagai pemecah masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diperkuat oleh teori yang dikutip oleh Sundayana menurut Marti (2013:2) mengemukakan bahwa, meskipun matematika dianggap memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, namun setiap orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari. Pemecahan tersebut meliputi: penggunaan informasi, penggunaan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, penggunaan pengetahuan tentang menghitung dan yang terpenting adalah kemampuan melihat serta menggunakan hubungan-hubungan yang ada.

METODOLOGI PENELITIAN
Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di kelas II A SDN Kalipasir Kecamatan Leuwisadeng Kabupataen Bogor.

Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi pusat penelitian adalah siswa kelas II A SDN Kalipasir Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor, dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa terdiri 11 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Dalam peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran  kooperatif Make a Match. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan pada  semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 yaitu dimulai dari tanggal  06  bulan Oktober sampai dengan 20 Oktober. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah

Desain Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan desain penelitian kelas secara operasional atau model siklus Depdiknas dari model Kemmis dan Taggart sebagai berikut:
1.    Planning (perencanaan)
Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat RPP, mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan dikelas, mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.



2.     Acting (Pelaksanaan Tindakan)
             Pada tahap ini peneliti melakukan    tindakan-tindakan yang telah dirumuskan dalam RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, inti, dan penutup.
3.     Observing (pengamatan)
              Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah mengamati perilaku siswa siswi yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran. Mengamati pemahaman tiap-tiap siswa dalam penguasaan materi pembelajaran, yang telah dirancang sesuai dengan PTK.
4.     Reflecting (refleksi)
              Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah mencatat hasil observasi, mengevaluasi, hasil observasi, menganalisis, hasil pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Prosedur penelitian tindakan kelas terdiri dari dua langkah secara garis besar yaitu prapenelitian dan penelitian tindakan kelas dalam bentuk siklus.
1.     Prapenelitian/Refleksi Awal.
Pada tahap prapenelitian, peneliti melaksanakan beberapa kegiatan, diantaranya:

a.   Mengumpulkan data objektif sekolah.
b.   Melakukan tes awal, tes awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum melakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Make a Match .
c.   Melakukan analisis data hasil tes awal untuk digunakan dalam perencanaan tindakan (penyusunan perangkat pembelajaran).
d.   Mencatat faktor-faktor penyebab terjadinya masalah dari guru kelas.
e.   Mendiskusikan semua data dan fakta hasil prapenelitian dengan kolaborator.
2.     Penelitian Tindakan Kelas
Kegiatan inti
Eksplorasi
-     Guru menggali pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai bilangan.
-     Guru melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Elaborasi
-     Guru menyiapkan beberapa kartu berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainya kartu jawaban.
-     Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu.
-     Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
-     Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).
-     Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
-     Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
Konfirmasi
-     Siswa menyimpulkan jawaban akhir dari pertanyaan yang telah di jawab.
-     Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum dipahami.

Kegiatan Akhir
-     Guru dan siswa membuat kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari.
-     Guru memberikan evaluasi kepada siswa.
-     Guru memberikan reward pada siswa yang menemukan pasangan terlebih dahulu dalam proses pembelajaran berlangsung.
-     Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.







Data Hasil Tes Awal
Tes awal dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6 Oktober 2017 sebelum tindakan siklus I dilaksanakan dengan menggunakan soal siklus I yang valid. Tes awal ini bertujuan untuk mengetahui keadaan awal kompetensi siswa kelas II A Sekolah Dasar Negeri Kalipasir yang berjumlah 25 siswa terhadap mareri mata pelajaran Matematika pada materi Mengurutkan bilangan yang akan diteliti. Dari pelaksanaan tes awal maka diperoleh ketuntasan hasil tes awal, yaitu sebagai berikut:

Gambar 1.1 Diagram Histogram Ketuntasan Hasil Tes Awal

Pada diagram histogram di atas, dapat diketahui bahwa ketuntasan tes awal pada mata pelajaran Matematika sebanyak 12 siswa yang mencapai nilai KKM yaitu 63. Sedangkan 13 siswa belum mencapai ketuntasan nilai KKK mata pelajaran Matematika.


Gambar 1.2 Diagram Histogram Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Diagram histogram di atas menunjukan bahwa ketuntasan hasil belajar mata pelajaran Matematika pada siklus II yaitu sebanyak 24 siswa sudah mencapai nilai KKM, sedangkan 1 siswa belum mencapai KKM mata pelajaran Matematika. Berikut akan ditampilkan diagram lingkaran (Piechart) hasil belajar Matematika pada siklus II :

Gambar 4.10 Diagram Lingkaran (Piechart) Ketuntasan Hasil Belajar siswa Siklus II

Berdasarkan diagram Piechart di atas, dapat diketahui bahwa persentase siswa yang sudah tuntas mencapai KKM 63 sebesar 96%, sedangkan persentase siswa yang belum tuntas mencapai KKM 65 sebesar 4%.

Pembahasan Hasil Penelitian
Pada penelitian siklus I indikator yang dipelajari yaitu menyusun bilangan dua angka dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya, menyebutkan susunan bilangan dua angka dari yang terkecil atau sebaliknya.

1)    Kualitas Pelaksanaan Pembelajaran
       Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I, Peneliti memaksimalkan pengaitan materi yang akan disampaikan untuk dihubungkan pada realita kehidupan siswa. Penilaian yang diberikan oleh kedua kolaborator didapat dengan nilai rata-rata 77,49 berinterpretasi berkualitas. Namun, masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu saat proses pembelajaran harus menyiapkan contoh soal yang diberikan kepada siswa.

2)    Perubahan Perilaku Siswa Yang Nampak
Pada siklus I nilai rata-rata perubahan perilaku siswa yang nampak yaitu 74,26, dengan interpretasi baik. Ini karena guru meningkatkan perhatian dan bimbingannya kepada kepada setiap siswa dan motivasi yang diberikan siswa membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

3)   Ketuntasan Hasil Belajar
Sebelum tindakan reflektif siklus I dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan tes awal pada hari Selasa tanggal 6 Oktober 2017 tepatnya pukul 07.30-08.30 WIB dengan hasil 12 siswa mencapai KKM dan 13 siswa belum mencapai KKM mata pelajaran Matematika yaitu 63. ini menunjukan bahwa ketuntasan hasil tes awal hanya 52,00% dan sebesar 48,00% belum tuntas. Setelah dilakukan tindakan reflektif siklus I dengan materi bilangan maka hasil belajar siswa meningkat dengan siswa yang mencapai KKM sebanyak 17 siswa dan 8 siswa belum mencapai KKM. Ketuntasan belajar siswa secara secara klasikal yaitu 68,00% dengan rata-rata nilai 70,00. Nilai tersebut belum mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu minimal 75%, sehingga perlu untuk melanjutkan penelitian pada siklus II.
Penelitian tindakan siklus II ini berdasarkan refleksi yang dilakukan peneliti dan tim kolaborator pada siklus I. Tindakan reflektif siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2017 untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika melalui model pembelajaran Make A Match. Terdapat tiga aspek yang dibahas berdasarkan hasil penelitian siklus II. Pembahasan ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kualitas Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II ini merupakan perbaikan dari siklus I. Suasana menyenangkan tercipta dalam pembelajaran karena guru menggunakan permainan dalam proses pembelajaran agar siswa tidak jenuh. Perbaikan selanjutnya, guru menyiapkan contoh soal dan mengatur alokasi waktu sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan dalam RPP. Perbaikan-perbaikan tersebut menjadikan penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas mengalami peningkatan. Nilai rata-rata yang diberikan kedua kolaborator yaitu 82,85 dengan interpretasi sangat berkualitas.

b.  Penilaian Aktivitas Siswa
Peningkatan kualitas pembelajaran berpengaruh terhadap perubahan perilaku siswa. Suasana belajar yang menyenangkan menciptakan keceriaan pada siswa saat pembelajaran. Hal ini menjadikan siswa lebih tertarik untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran, selain percaya diri, kerjasama dan keberanian siswapun meningkat menjadi sangat baik. Pada siklus sebelumnya nilai rata-rata aktivitas perubahan perilaku  siswa yaitu 74,26 kemudian meningkat pada siklus II menjadi 81,60 dengan interpretasi sangat baik.

c.     Penilaian Hasil Belajar Siswa
Kualitas pelaksanaan pembelajaran dan perubahan perilaku siswa yang meningkat berpengaruh juga pada hasil belajar siswa. Siswa yang percaya diri, kerjasama dalam pembelajaran dan berani dapat memahami materi yang dipelajari. Dengan memahami materi pembelajaran siswa dapat dengan mudah mengisi soal siklus II, dibuktikan dengan analisis tingkat kesukaran butir soal yaitu sebagian besar atau tepatnya 10 butir soal (67%) termasuk dalam kategori soal mudah. Sedangkan sebanyak 5 butir soal (33%) termasuk dalam kategori soal sedang dan tidak ada butir soal yang termasuk dalam kategori soal sukar.
Dari penilaian siklus II yang diikuti 25 siswa, 24 siswa mencapai KKM dan 1 siswa belum mencapai KKM. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus II ini mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus sebelumnya yang hanya 70% pada siklus II menjadi 81%. Ini menunjukan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal telah mencapai indikator keberhasilan penelitian dan penelitian ini telah berhasil meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika dengan materi bilangan melalui Model Pembelajaran Make A Match pada siswa kelas II A Sekolah Dasar Negeri Kalipasir Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diketahui bahwa terbukti pelaksanaan pembelajaran pada pelajaran matematika dengan materi bilangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match dapat mempengaruhi hasil belajar dan perilaku siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan yang cukup signifikan terhadap penilaian hasil belajar dan perilaku siswa pada setiap pertemuan yang dilaksanakan.

Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditarik simpulan bahwa penerapan model pembelajaran make a match dalam materi bilangan dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika dikelas II A Sekolah Dasar Negeri Kalipasir Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018.
Simpulan diatas sesuai dengan hasil penelitian sebagai berikut:
1.  Peningkatan kualitas pelaksanaan pembelajaran pada siklus I memperoleh niali 77,49 dan pada siklus II meningkat menjadi 82,85 termasuk dalam kategori A dengan interprestasi sangat berkualitas.
2.  Perubahan perilaku siswa nampak meliputi percaya diri, kerjasama, dan keberanian siswa pada siklus I memperoleh nilai 74,26 dan pada siklus II nilai perubahan perilaku siswa mengingkat lagi menjadi 81,60 dengan interprestasi sangat baik.
3.  Pada siklus I ketuntasan hasil belajar siswa kelas II A Sekolah Dasar Negeri Kalipasir secara klaksikal mencapai 70% dengan rata-rata nilai 70,91, kemudian mengalami peningkatan sebanyak 11% pada siklus II menjadi 81% dengan nilai rata-rata 81,09, ini bermakna penelitian telah berhasil pada siklus II kerena ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal telah mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu minimal 75%.

Saran
Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran sebagai berikut:
1.     Bagi guru-guru di Sekolah Dasar Negeri Kalipasir agar mempelajari hasil penelitian ini, sehingga terdorong untuk menerapkan Make A Match dalam pembelajaran matematika karena terbukti telah berhasil.
2.     Bagi siswa Sekolah Dasar Negeri Kalipasir untuk lebih aktif dalam pembelajaran khususnya pemebalajaran matematika, konsep-konsep materi pembelajaran matematika dapat siswa temukan sendiri atau dengan bimbingan guru melalui model pembelajaran Make A Match.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Sani, Ridwan. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Akara.
Adjie, Nahrowidan Maulana. 2009.Pemecahan masalah matematika. Bandung: Upi Press.
Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dimyatidan Mudjiono. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosda karya.
Huda,             Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Huda, Miftahul. 2012.Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Iru, La dan Arihi, La Ode Safiun. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, Dan Model-Model Pembelajaran.  Baturetno: Multi Presindo.
Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Sundayana. 2013. Media Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta.

ORMULIR PERMOHONAN REKOMENDASI PENYELENGGARAAN KEGIATAN PADA MASA PANDEMI COVID 19

  FORMULIR PERMOHONAN REKOMENDASI PENYELENGGARAAN KEGIATAN PADA MASA PANDEMI COVID 19         Leuwisadeng,...