PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN
MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH
DI KELAS II A SEKOLAH DASAR
NEGERI KALIPASIR KECAMATAN LEUWISADENG KABUPATEN BOGOR SEMESTER
GANJIL
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
OLEH
ADAH SALSIAH, S.Pd.MM
ABSTRAK
Peningkatan
Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match pada siswa kelas II A
Sekolah Dasar Negeri Kalipasir Kecamatan Leuwisadeng kabupaten Bogor. Penelitian
ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dilaksanakan secara kolaboratif
antara peneliti, observer, dan subjek yang diteliti. Tujuan utama dalam
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bilangan
pada siswa kelas II A melalui model kooperatif Make A Match. Subjek peneliti adalah siswa kelas II A Sekolah Dasar
Negeri Kalipasir yang terdiri dari 25 orang siswa dengan komposisi 14 siswa
laki-laki dan 11 siswa perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ketuntasan
hasil belajar pada siklus I yaitu sebesar 68% dengan nilai rata-rata 70.
Sedangkan siklus II memperoleh nilai ketuntasan hasil belajar siswa yaitu 96%
dengan nilai rata-rata 81, dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan hasil
belajar sebesar 28%. Begitu pula dengan pelaksanaan pembelajaran siklus I
memperoleh nilai rata-rata sebesar 77,49, siklus II memperoleh nilai rata-rata
82,85. Sedangkan untuk hasil observasi siswa menunjukkan adanya peningkatan
percaya diri, kerjasama, dan keberanian siswa dengan memperoleh nilai rata-rata
74,26 pada siklus I, pada siklus II memperoleh nilai rata-rata sebesar 81,60
terjadi peningkatan sebesar 7,34 dari siklus I ke siklus II. Hasil penelitian
bersimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Make A Match Pada Materi bilangan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas II A di Sekolah Dasar Negeri
Kalipasir Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor. Selani itu model pembelajaran
ini dapat meningkatkan percaya diri, kerjasama dan keberanian siswa dalam proses
pembelajaran.
Kata Kunci : Pembelajaran
Matematika, Model Pembelajaran, Hasil Belajar
PENDAHULUAN
Keberhasilan dalam suatu pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama, baik bagi guru, orang tua, masyarakat, serta siswa itu
sendiri. Namun sebagai orang tua siswa di sekolah gurulah yang sangat berperan
dalam menentukan keberhasilan siswanya. Selain guru juga ada beberapa faktor
pendukung yang mempengaruhi hasil belajar, diantaranya faktor internal yaitu
faktor dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor
yang berada diluar diri siswa seperti lingkungan sendiri, akan tetapi
keberhasilan di sekolah itu pun tergantung dari kemampuan-kemampuan guru untuk dapat
memperbaiki kualitas pembelajaran bagi siswa. Sehingga siswa menjadi lebih
aktif dan berhasil belajarnya meningkat dari nilai KKM yang sudah ditentukan oleh setiap satuan
pendidikan.
Kenyataan yang ditemukan di sekolah, siswa
kurang memahami materi yang diajarkan. Rendahnya hasil belajar dalam belajar matematika,
karena beranggapan bahwa pelajaran matematika itu sangat sulit dan menakutkan
sehingga timbul rasa malas serta keaktifan siswa pun jauh yang diharapkan. Pada
umumnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan
materi pelajaran masih bersifat kurang bervariasi, monoton, dengan metode
ceramah yang seadanya yang menekankan pemberian tugas. Dimana guru hanya
memberikan informasi dan siswa menjadi pendengar setia. Kegiatan semacam ini
dapat membosankan dan kurang menarik bagi siswa, oleh karena itulah dalam
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini belum berhasil dan
sesuai dengan yang diharapkan.
KAJIAN TEORI
Model Pembelajaran
Kooperatif Make A Match.
Model
pembembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif sehingga
merangsang siswa lebih aktif dalam belajajar.
Model pembelajaran
kooperatif saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar
yang berpusat pada siswa (studend
oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam
mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang
agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini dapat dipergunkakan
dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.
Sistem pembalajaran
cooperative learning siswa bekerja
sama dengan siswa lain. Hal ini dijelaskan oleh dalam Isjoni (2011:16) menyebut cooperative learning dangan istilah
pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang
berstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative
learning hanya berjalan kalau di dalamnya siswa bekerja secara terarah
untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada
umumnya terdiri dari 4-6 orang saja.
Model pembelajaran
kooperatif siswa belajar dengan cara berkelompok yang bersifat heterogen. Hal ini diperkuat oleh Rusman (2012:202)
mengemukakan pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Cooperative
learning yaitu strategi belajar dengan kelompok-kelompok kecil yang kemampuannya
berbeda setiap siswa harus saling bekerja sama untuk memahami materi. Hal ini
dijelaskan oleh Isjoni
(2011:11) menjelaskan cooperative
learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran
yang berdasarkan paham
konstruktivis. Cooperative learning merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam cooperative
learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Hasil Pembelajaran
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa akan
menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar
sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka
membantu meningkatkan keberhasilan siswa dipengaruhi oleh kulitas pengajaran
dan faktor lain dari siswa itu sendiri.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah
sudah pasti setiap siswa mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik,
sebab hasil belajar yang baik dapat membantu siswa dalam mencapai tujuannya.
Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula.
Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil
belajar yang baik.
Hasil belajar diperoleh dari adanya kegiatan atau
aktivitas yang mengakibatkan perubahan. Hal ini didukung oleh teori dari Purwanto (2013:44-45) hasil belajar dapat dijelaskan dengan
memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian
hasil (product) menunjuk pada suatu
perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan
berubahnya input secara fungsional. Hasil produksinya adalah perolehan yang
didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan
bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil
belajar.
Mata Pelajaran Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada
pada suatu jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Hasil belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk
melanjutkan kejenjang berikutnya. Karena dengan belajar matematika, kita akan
belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. Matematika merupakan ide-ide
abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami
terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu.
Matematika adalah salah satu perkembangan ilmu
pengetahuan dan mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dikemukakan
oleh Sundayana (2013:2) menjelaskan bahwa
matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang
mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika merupakan salah satu
bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Matematika memiliki tingkat kesulitan tinggi namun harus
memperlajarinya karena sebagai pemecah masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini diperkuat oleh teori yang dikutip oleh Sundayana
menurut Marti (2013:2) mengemukakan bahwa, meskipun matematika dianggap
memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, namun setiap orang harus mempelajarinya
karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari. Pemecahan
tersebut meliputi: penggunaan informasi, penggunaan pengetahuan tentang bentuk
dan ukuran, penggunaan pengetahuan tentang menghitung dan yang terpenting
adalah kemampuan melihat serta menggunakan hubungan-hubungan yang ada.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan
di kelas II A SDN
Kalipasir Kecamatan Leuwisadeng Kabupataen Bogor.
Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi pusat
penelitian adalah siswa kelas II A SDN Kalipasir
Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor, dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa
terdiri 11
siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Dalam peningkatan hasil
belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Make a Match. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
dilakukan pada semester 1 tahun
pelajaran 2017/2018 yaitu dimulai dari tanggal
06 bulan Oktober sampai dengan 20
Oktober. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah
Desain Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan
desain penelitian kelas secara operasional atau model siklus Depdiknas dari
model Kemmis dan Taggart sebagai berikut:
1.
Planning (perencanaan)
Pada tahap ini kegiatan
yang harus dilakukan adalah membuat RPP, mempersiapkan fasilitas dari sarana
pendukung yang diperlukan dikelas, mempersiapkan instrument untuk merekam dan
menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.
2.
Acting (Pelaksanaan Tindakan)
Pada tahap ini
peneliti melakukan tindakan-tindakan
yang telah dirumuskan dalam RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi
kegiatan awal, inti, dan penutup.
3.
Observing (pengamatan)
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah mengamati
perilaku siswa siswi yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran. Mengamati pemahaman
tiap-tiap siswa dalam penguasaan materi pembelajaran, yang telah dirancang
sesuai dengan PTK.
4.
Reflecting (refleksi)
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah mencatat
hasil observasi, mengevaluasi, hasil observasi, menganalisis, hasil
pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan
rancangan siklus berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Prosedur
penelitian tindakan kelas terdiri dari dua langkah secara garis besar yaitu
prapenelitian dan penelitian tindakan kelas dalam bentuk siklus.
1.
Prapenelitian/Refleksi
Awal.
Pada tahap
prapenelitian, peneliti melaksanakan beberapa kegiatan, diantaranya:
a.
Mengumpulkan data objektif sekolah.
b.
Melakukan tes awal, tes awal dilakukan
untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum melakukan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif Make a Match .
c.
Melakukan analisis data hasil tes awal
untuk digunakan dalam perencanaan tindakan (penyusunan perangkat pembelajaran).
d.
Mencatat faktor-faktor penyebab
terjadinya masalah dari guru kelas.
e.
Mendiskusikan semua data dan fakta hasil
prapenelitian dengan kolaborator.
2. Penelitian Tindakan Kelas
Kegiatan inti
Eksplorasi
- Guru
menggali pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai
bilangan.
- Guru
melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Elaborasi
- Guru menyiapkan beberapa kartu
berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu
bagian kartu soal dan bagian lainya kartu jawaban.
- Setiap siswa mendapatkan satu buah
kartu.
- Tiap siswa memikirkan jawaban/soal
dari kartu yang dipegang.
- Setiap siswa mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).
- Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
- Setelah satu babak kartu dikocok
lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
Konfirmasi
-
Siswa menyimpulkan jawaban akhir dari
pertanyaan yang telah di jawab.
-
Guru dan siswa melakukan tanya jawab
tentang materi yang belum dipahami.
Kegiatan
Akhir
- Guru
dan siswa membuat kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari.
- Guru
memberikan evaluasi kepada siswa.
- Guru
memberikan reward pada siswa yang menemukan pasangan terlebih dahulu dalam
proses pembelajaran berlangsung.
- Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
Data Hasil Tes Awal
Tes awal dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6 Oktober 2017
sebelum tindakan siklus I dilaksanakan dengan menggunakan soal siklus I yang
valid. Tes awal ini bertujuan untuk mengetahui keadaan awal
kompetensi siswa kelas II A Sekolah Dasar Negeri Kalipasir yang berjumlah 25 siswa terhadap mareri
mata pelajaran Matematika pada materi Mengurutkan
bilangan yang akan diteliti. Dari pelaksanaan tes awal maka diperoleh ketuntasan hasil tes
awal, yaitu sebagai berikut:
Gambar 1.1 Diagram Histogram
Ketuntasan Hasil
Tes Awal
Pada diagram
histogram di atas, dapat diketahui bahwa ketuntasan tes awal pada mata
pelajaran Matematika sebanyak 12 siswa yang mencapai nilai KKM yaitu 63. Sedangkan 13 siswa
belum mencapai ketuntasan nilai KKK mata pelajaran Matematika.
Gambar 1.2 Diagram Histogram Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Diagram histogram di atas menunjukan bahwa ketuntasan hasil
belajar mata pelajaran Matematika pada siklus II yaitu sebanyak 24 siswa sudah mencapai nilai KKM,
sedangkan
1 siswa belum mencapai KKM mata pelajaran Matematika. Berikut
akan ditampilkan diagram lingkaran (Piechart) hasil belajar Matematika
pada siklus II :
Gambar 4.10 Diagram Lingkaran (Piechart) Ketuntasan Hasil Belajar siswa Siklus II
Berdasarkan diagram Piechart di atas, dapat diketahui bahwa
persentase siswa yang sudah tuntas mencapai KKM 63 sebesar 96%,
sedangkan persentase siswa yang belum tuntas mencapai KKM 65
sebesar 4%.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pada penelitian siklus
I indikator yang dipelajari yaitu menyusun bilangan dua
angka dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya, menyebutkan
susunan bilangan dua angka dari yang terkecil atau sebaliknya.
1) Kualitas
Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I,
Peneliti memaksimalkan pengaitan materi yang akan disampaikan untuk dihubungkan
pada realita kehidupan siswa. Penilaian yang diberikan oleh kedua kolaborator
didapat dengan nilai rata-rata 77,49 berinterpretasi berkualitas. Namun, masih
terdapat kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu saat proses
pembelajaran harus menyiapkan contoh soal yang diberikan kepada siswa.
2) Perubahan
Perilaku Siswa Yang Nampak
Pada
siklus I nilai rata-rata perubahan perilaku siswa yang nampak yaitu 74,26,
dengan interpretasi baik. Ini karena guru meningkatkan perhatian dan
bimbingannya kepada kepada setiap siswa dan motivasi yang diberikan siswa
membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
3) Ketuntasan Hasil Belajar
Sebelum
tindakan reflektif siklus I dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan tes awal
pada hari Selasa tanggal 6 Oktober 2017 tepatnya pukul 07.30-08.30 WIB dengan
hasil 12 siswa mencapai KKM dan 13 siswa belum mencapai KKM mata pelajaran
Matematika yaitu 63. ini menunjukan bahwa ketuntasan hasil tes awal hanya
52,00% dan sebesar 48,00% belum tuntas. Setelah dilakukan tindakan reflektif
siklus I dengan materi bilangan maka hasil belajar siswa meningkat dengan siswa
yang mencapai KKM sebanyak 17 siswa dan 8 siswa belum mencapai KKM. Ketuntasan
belajar siswa secara secara klasikal yaitu 68,00% dengan rata-rata nilai 70,00.
Nilai tersebut belum mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu minimal
75%, sehingga perlu untuk melanjutkan penelitian pada siklus II.
Penelitian
tindakan siklus II ini berdasarkan refleksi yang dilakukan peneliti dan tim
kolaborator pada siklus I. Tindakan reflektif siklus II ini dilaksanakan pada
tanggal 20 Oktober 2017 untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
Matematika melalui model pembelajaran Make
A Match. Terdapat tiga aspek yang dibahas berdasarkan hasil penelitian
siklus II. Pembahasan ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kualitas Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran siklus II ini merupakan perbaikan dari siklus I. Suasana
menyenangkan tercipta dalam pembelajaran karena guru menggunakan permainan
dalam proses pembelajaran agar siswa tidak jenuh. Perbaikan selanjutnya, guru
menyiapkan contoh soal dan mengatur alokasi waktu sesuai dengan waktu yang
sudah ditentukan dalam RPP. Perbaikan-perbaikan tersebut menjadikan penilaian
terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas mengalami peningkatan. Nilai
rata-rata yang diberikan kedua kolaborator yaitu 82,85 dengan interpretasi
sangat berkualitas.
b. Penilaian Aktivitas Siswa
Peningkatan
kualitas pembelajaran berpengaruh terhadap perubahan perilaku siswa. Suasana
belajar yang menyenangkan menciptakan keceriaan pada siswa saat pembelajaran.
Hal ini menjadikan siswa lebih tertarik untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran, selain percaya diri, kerjasama dan keberanian siswapun meningkat
menjadi sangat baik. Pada siklus sebelumnya nilai rata-rata aktivitas perubahan
perilaku siswa yaitu 74,26 kemudian
meningkat pada siklus II menjadi 81,60 dengan interpretasi sangat baik.
c. Penilaian Hasil Belajar Siswa
Kualitas
pelaksanaan pembelajaran dan perubahan perilaku siswa yang meningkat
berpengaruh juga pada hasil belajar siswa. Siswa yang percaya diri, kerjasama
dalam pembelajaran dan berani dapat memahami materi yang dipelajari. Dengan
memahami materi pembelajaran siswa dapat dengan mudah mengisi soal siklus II,
dibuktikan dengan analisis tingkat kesukaran butir soal yaitu sebagian besar
atau tepatnya 10 butir soal (67%) termasuk dalam kategori soal mudah. Sedangkan
sebanyak 5 butir soal (33%) termasuk dalam kategori soal sedang dan tidak ada
butir soal yang termasuk dalam kategori soal sukar.
Dari
penilaian siklus II yang diikuti 25 siswa, 24 siswa mencapai KKM dan 1 siswa
belum mencapai KKM. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus
II ini mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus sebelumnya yang hanya 70%
pada siklus II menjadi 81%. Ini menunjukan bahwa ketuntasan belajar secara
klasikal telah mencapai indikator keberhasilan penelitian dan penelitian ini
telah berhasil meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika dengan
materi bilangan melalui Model Pembelajaran Make
A Match pada siswa kelas II A Sekolah Dasar Negeri Kalipasir Kecamatan Leuwisadeng
Kabupaten Bogor semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018.
Berdasarkan
pembahasan di atas, maka dapat diketahui bahwa terbukti pelaksanaan
pembelajaran pada pelajaran matematika dengan materi bilangan dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif Make A
Match dapat mempengaruhi hasil belajar dan perilaku siswa. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan yang cukup signifikan terhadap penilaian hasil belajar
dan perilaku siswa pada setiap pertemuan yang dilaksanakan.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan
hasil penelitian yang telah dilakukan, ditarik simpulan bahwa penerapan model
pembelajaran make a match dalam
materi bilangan dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika
dikelas II A Sekolah Dasar Negeri Kalipasir Kecamatan Leuwisadeng
Kabupaten Bogor semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018.
Simpulan diatas sesuai
dengan hasil penelitian sebagai berikut:
1.
Peningkatan kualitas pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I memperoleh niali 77,49 dan pada siklus II meningkat
menjadi 82,85 termasuk dalam kategori A dengan interprestasi sangat
berkualitas.
2.
Perubahan perilaku siswa nampak meliputi
percaya diri, kerjasama, dan keberanian siswa pada siklus I memperoleh nilai 74,26 dan
pada siklus II nilai perubahan perilaku siswa mengingkat lagi menjadi 81,60
dengan interprestasi sangat baik.
3.
Pada siklus I ketuntasan hasil belajar
siswa kelas II A Sekolah Dasar Negeri Kalipasir secara klaksikal
mencapai 70%
dengan rata-rata nilai 70,91, kemudian mengalami peningkatan sebanyak 11%
pada siklus II menjadi 81% dengan nilai rata-rata 81,09, ini bermakna
penelitian telah berhasil pada siklus II kerena ketuntasan hasil belajar siswa
secara klasikal telah mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu minimal
75%.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan
saran sebagai berikut:
1.
Bagi guru-guru di Sekolah Dasar Negeri Kalipasir agar
mempelajari hasil penelitian ini, sehingga terdorong untuk menerapkan Make A Match dalam pembelajaran
matematika karena terbukti telah berhasil.
2.
Bagi siswa Sekolah Dasar Negeri Kalipasir
untuk lebih aktif dalam pembelajaran khususnya pemebalajaran matematika,
konsep-konsep materi pembelajaran matematika dapat siswa temukan sendiri atau
dengan bimbingan guru melalui model pembelajaran Make A Match.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Sani, Ridwan. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Akara.
Adjie, Nahrowidan Maulana.
2009.Pemecahan masalah matematika. Bandung: Upi Press.
Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di
SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dimyatidan Mudjiono. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri.
2011. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Heruman.
2007. Model Pembelajaran Matematika
Di Sekolah Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosda karya.
Huda,
Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Huda,
Miftahul. 2012.Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Iru, La dan Arihi,
La Ode Safiun. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan,
Metode, Strategi, Dan Model-Model Pembelajaran. Baturetno: Multi
Presindo.
Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Sundayana. 2013. Media Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta.